Tuesday, November 13, 2007
BAPA, Kok berat sih
Oleh: Angela Christy


Jam 7 malam...

Sudah cukup lama aku berkutat dengan
pekerjaanku. Aku bersiap-siap untuk
meninggalkan kantor. Dengan enggan
kuangkat tas berat itu ke pundakku.
Beban yang menekan di pundakku terasa
begitu mengganggu, tapi aku memang harus
membawa tas ini. Di perjalanan pulang,
aku mengendarai sepeda motorku masih
dengan konsentrasi pada tas yang
membebani pundakku.

Seorang anak kecil menyeberang dengan
sepedanya tanpa melihat ke kiri dan ke
kanan.
"Huh!" Aku memaki dalam hati.
"Kecil kecil sudah menyebalkan, gimana
gedenya nanti."
Aku melanjutkan perjalanan masih dengan
sejuta omelan dalam hati. Ingin rasanya
cepat sampai di rumah, supaya aku bisa
beristirahat.

Suara klakson yang berbunyi nyaring
mengagetkan aku dari lamunanku.
Kulirik spion dan kulihat seorang anak
muda dengan mobil mewahnya membunyikan
klakson dengan nada tak sabar.
"Huh, kenapa sih dengan orang-orang ini?
Emangnya dia nggak lihat kalau jalanan
emang lagi macet? Emangnya dikira enak
membawa tas seberat ini?"

Ketika sampai di rumah, ternyata
perasaan nyaman yang kuimpikan tak dapat
kutemui. Suasana hiruk pikuk keluargaku
terasa seperti dentuman-dentuman keras
di kepalaku.
"Lagi-lagi!" Aku memaki dalam hati.
"Aku capek."
"Aku ingin istirahat."
"Berat sekali yang harus aku angkat."
"Kenapa sih nggak ada yang mau mengerti?"

Malam hari...

Akhirnya aku memperoleh ketenangan.
Aku bisa tidur dan beristirahat.
Tapi tas besar dan berat ini terasa
mengganggu sekali. Aku tak bisa tidur.
Tapi aku tak bisa melepaskannya.
Aku kesal.

"Bapa, kenapa sih berat sekali?
Sungguh-sungguh sangat mengganggu"
Aku mengeluh sambil meneteskan air mata.

"Mengapa engkau tidak meletakkan tas itu
anak-KU?"

"Tapi aku tak bisa BAPA"

"Kenapa?"

"Lihatlah, semua tas ini berlabelkan
tanggung jawab. Semua harus aku bawa
setiap saat, aku tak bisa meletakkannya.
Tas hitam yang paling besar ini, lihat
tulisan di depannya, PEKERJAAN.
Semua tanggung jawab pekerjaanku ada di
dalamnya. Lalu yang coklat ini, KELUARGA.
Aku juga tak bisa meletakkannya.
Semuanya adalah bebanku. Dan yang biru
ini, PELAYANAN. Engkau tentu tak ingin
aku meletakkannya bukan?"
Aku berusaha menjelaskan.

BAPA-ku yang baik hanya tersenyum, lalu
mendekatiku.
"Kemarilah, AKU ingin melihatnya."
IA melihat tas hitam besar yang
kuletakkan di pundakku.

"Anak-KU, engkau dapat meletakkan tas
ini. Ini memang tanggung jawab
pekerjaanmu. Dan engkau memang harus
menanggungnya. Namun saat engkau
melangkah keluar dari kantor, engkau
dapat meletakkan tas ini di samping meja
kerjamu. Tenanglah, tidak akan ada yang
mengambilnya. Lagi pula semua isinya
adalah tanggung jawabmu bukan?
Percayalah, tak akan ada yang tertarik
untuk mengambil tas ini, sehingga
keesokan hari, saat engkau kembali ke
kantor, pasti tas ini akan tetap ada di
sana, dimana engkau meletakkannya.
Dan engkau dapat mengambilnya kembali
dan melanjutkan tanggung jawabmu".

IA tersenyum menunggu jawabanku.
"Benar BAPA, tapi aku tak dapat
meletakkannya. Ia melekat terus di
pundakku".

IA menatapku dengan penuh kasih, lalu
perlahan mengambil tas itu dari pundakku.
"Kemarilah anak-KU."
"Di saat engkau tak dapat meletakkannya,
AKU dapat membantumu untuk meletakkannya."
"Dan esok, AKU pun dapat membantumu
untuk mengenakannya kembali."
IA meletakkan tas hitam itu di dekat
tempat tidurku.

Rasanya pundakku lega sekali. Tas paling
berat yang selalu menekanku telah
diambil. Aku menggerak-gerakkan pundakku
sambil tersenyum.
"ENGKAU benar BAPA, rasanya enak sekali.
Ringan."
"Besok aku akan lebih siap untuk
melanjutkan pekerjaanku."
"Besok, pasti tas itu tidak akan terasa
terlalu berat lagi".

Aku menatap wajah BAPA-kuyang penuh
kasih. Sungguh indah senyum dan sinar
mata-NYA. IA menatap tas coklat di
pundakku.
"Lalu itu? engkau tidak ingin
meletakkannya juga?"

"BAPA, aku tidak bisa. Ini adalah
tanggung jawab KELUARGA. Ke mana pun
aku pergi aku harus membawanya."

"Anak-KU, AKU sungguh bahagia karena
engkau memperhatikan setiap tanggung
jawab yang KU-berikan padamu mengenai
keluargamu."
"Tapi engkau pun tak boleh lupa, bahwa
keluargamupun adalah milik-KU."
"Dan AKU memelihara setiap kepunyaan-KU."
Engkau memang harus membawa tas itu
bersamamu, tapi sesekali letakkanlah,
agar engkau dapat bermain dengan bebas
dengan keponakanmu, bercanda dengan
kakakmu, atau sekedar berbincang dan
bercerita dengan orang tuamu."
"Rasanya belakangan ini AKU jarang
melihatmu melakukannya".

Aku tertunduk malu. IA benar.
Aku membawa tas ini kemana-mana, dan
kulaksanakan setiap tanggung jawab untuk
keluargaku, tapi sepertinya ternyata tas
ini menjadi jauh lebih berharga dari
pada kehadiran keluargaku sendiri.

Sekali lagi BAPA mengambil tas dari
pundakku.
"Mari anak-KU, letakkanlah."
"Di saat engkau perlu, letakkanlah."
"Karena engkau dapat yakin, walaupun
engkau meletakkannya dan meluangkan
waktu dengan keluargamu, AKU-lah yang
akan tetap menjagamu dan keluargamu".
Dan pundakku menjadi jauh lebih lega.

Kini hanya tinggal satu tas biru yang
masih memberati pundakku.
"BAPA, tas yang satu ini sungguh-sungguh
tak dapat kuletakkan."
"Setiap saat setiap waktu aku harus
membawanya."
"Karena setiap detik kehidupanku adalah
pelayananku untuk-MU."
"ENGKAU tentu tak ingin aku meletakkannya
bukan?"

"Hmm benar juga".
Aku terkejut mendengar jawaban-NYA.
Sepertinya agak tidak sesuai harapanku.
IA telah membantuku meletakkan kedua
tasku sebelumnya, dan sepertinya aku
sungguh-sungguh berharap agar tas ini
juga dapat kulepaskan.

"Mari coba kulihat tas itu"
IA melihat dan meraba tas biru yang
masih melekat di pundakku.

"Anak-KU, sepertinya ada yang salah
dengan tasmu ini. Kemarilah, coba
lepaskan".
IA mengambil tas biruku.
"Anak-KU, engkau benar. AKU ingin agar
engkau selalu melayani-KU dalam setiap
detik kehidupanmu."
"Dan percayalah, itu sungguh-sungguh
menyenangkan hati-KU."
Tapi sepertinya tasmu ini bahannya
terlalu berat, sehingga menekan pundakmu
terlalu berat."

Kemudian Ia memberikan aku satu tas biru
yang lain.
"Ini, pakailah tas ini sebagai gantinya.
Ini merupakan tas dengan bahan KASIH."
Jika engkau meletakkan semua pelayananmu
di dalamnya, niscaya engkau tidak akan
terbebani dengan tasmu ini".

Aku menerima tas baruku dari tanganNya,
lalu memindahkan semua isi tas lamaku ke
dalam tas berbahan KASIH itu.
Aku mencoba mengangkatnya. Ternyata
Bapaku benar. Tas itu kini terasa ringan
dan sungguh nyaman di pundakku.

Aku memandangNya penuh kasih.
"Terima kasih BAPA, Aku sungguh
mengasihi-MU.
"Terima kasih untuk pelajaran-MU hari
ini".

* * * * *

Pagi ini aku memulai hari dengan
senyuman. Istirahatku sudah cukup.
Dan aku siap untuk menghadapi tantangan
hari ini. Di perjalanan, aku masih tetap
bertemu orang-orang yang menyebalkan,
namun tidak lagi memaki dalam hati,
melainkan aku berdoa untuk mereka.
Mungkin mereka juga masih selalu membawa
tas mereka kemana-mana atau mereka juga
mengenakan tas dengan bahan yang salah.
Banyak sekali.

Aku melihat ada yang membawa dua tas
besar, tiga bahkan empat. Tulisannya pun
bermacam-macam, ada PEKERJAAN, KELUARGA,
PELAYANAN, KULIAH, SEKOLAH, BISNIS, dan
masih banyak lagi.

Memang tanggung jawab adalah sesuatu
yang harus kita pikul dan harus kita
selesaikan. Tapi kita pun harus tetap
belajar untuk menempatkan di saat mana
kita harus mengangkat dan di saat mana
kita harus meletakkan.

Dan aku terus belajar ?

* * * * *

Seseorang yang bijaksana pernah bertanya
padaku:
"Mana yang lebih berat, mengangkat
sebuah gelas dengan satu tangan selama 1
jam penuh, atau mengangkat gelas
tersebut selama 10 menit lalu
meletakkannya sejenak dan mengangkatnya
kembali selama 10 menit dan demikian
seterusnya sampai 1 jam?"
posted by monashyip @ 5:26 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
about me
Udah Lewat
Archives
sutbok
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. Aenean viverra malesuada libero. Fusce ac quam.
judul

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. Aenean viverra malesuada libero. Fusce ac quam.

Links
Template by
Free Blogger Templates